Selasa, 09 Agustus 2011

BARANG BEKAS PENUH BERKAH

Bagi sebagian orang barang rongsokan selalu dihindari dan dibuang jauh-jauh. Akibatnya, barang-barang bekas yang dianggapnya sudah tidak bernilai tersebut teronggok sia-sia di tempat sampah. Padahal produk-produk daur ulang masih menjadi bisnis yang menggiurkan. Selain tidak perlu bermodal besar, bisnis ini hanya memerlukan kreativitas yang tinggi. Sehingga barang rongsok atau barang bekas tersebut bisa menjadi sumber penghasilan dan jadi ladang usaha yang menghasilkan uang, bahkan tak jarang uang yang didapat dari pemanfaatan barang-barang bekas tersebut sangat besar jumlahnya.

Mereka yang telah sukses dengan barang-barang bekas adalah orang-orang biasa yang kreatif, sehingga mampu menciptakan sesuatu yang belum pernah terbayangkan sama sekali oleh orang lain. Bahkan mereka rela mengorbankan waktu, tenaga, dan materi untuk bisa menjadi sukses yang luar biasa. 

Nama Syarifuddin (52 tahun) menjadi salah satu contoh pengumpul barang bekas yang tergolong sukses dengan usahanya. Usaha jual beli barang bekas itu sudah digelutinya sejak tahun 2004 lalu. Mulai dari harga besi tua Rp 700. Saat ini harga per kilogram besi tua bernilai Rp 3000. Dengan ritme kerja tujuh hari seminggu dia bersama istrinya… setiap pagi pukul 07.00.WIB usai mengantar anak sekolah, dia dan istrinya dengan sepeda motor butut Astrea yang dipasang keranjang gandeng langsung bergegas mencari dan membeli barang bekas dari rumah ke rumah.

Hinaan dan cercaan kerap mereka terima dari masyarakat, bahkan dari kalangan tetangga. Namun dengan prinsip “yang penting halal” dan prinsip “barang siapa yang bersungguh-sungguh pasti mendapat”, mereka tetap bersemangat menapaki kehidupan. Berkat kegigihan mereka, usahanya terus berangsur maju. Hasil penjualan yang mereka peroleh mereka tabung, setelah terkumpul sedikit demi sedikit, uang itu mereka pergunakan untuk keperluan sekolah anak-anaknya. Selain keperluan pendidikan anak-anaknya, sebagian hasil dipergunakan untuk menambah modal usahanya. Mulailah dia membeli tanah, dan setahap demi setahap mulai digarapnya. Alhasil saat ini dia sudah memiliki 12 hektar kebun karet dan dua hektar kebun sawit.

Pengusaha barang bekas lain adalah Roni Dwi Hartoyo asal Jawa Timur. Setelah bisnis kerajinan tangan miliknya tutup, ia beralih menjalani usaha mebel yang memanfaatkan barang-barang bekas, seperti bekas bantalan kereta api, kapal kayu, bongkaran rumah, hingga roda pedati yang tidak lagi terpakai. 

“Keuntungannya, satu, kita memanfaatkan limbah, barang-barang bekas. Yang kedua, kalau ekspor itu kita lebih mudah, karena masuk negara-negara maju itu sangat ketat menerapkan ijin masuk kayu-kayu baru, karena ada kaitannya dengan illegal logging,” tuturnya, sebagai jawaban mengapa menggunakan barang atau kayu bekas. 

Dengan penggunaan barang bekas, selain ramah lingkungan, Roni menuturkan, ekspor pun lebih mudah masuk. Mulai tahun 2005 hingga saat ini, usaha mebel recycle Roni telah memasuki sejumlah negara Eropa, seperti Belgia dan Bulgaria, hingga Timur Tengah. Selain negara-negara jauh tersebut, Roni juga memasarkan produknya ke negara tetangga, seperti Malaysia dan Brunei. Meskipun tidak banyak, karena permintaan pasar yang menginginkan produk bagus tapi murah. Namun demikian, ia tetap menomersatukan pasar domestik. 

Mengenai omzet, Roni menyebutkan pendapatan kotor dapat mencapai Rp 300-500 juta sebulannya. Namun, sebenarnya ini bukan yang membanggakan. “Yang membanggakan, kita menyerap banyak tenaga kerja, yang nyari-nyari atau hunting (barang bekas),” tuturnya. Roni mempekerjakan 50 orang untuk mencari barang bekas hingga ke Pulau Madura. Sedangkan karyawan tetapnya berjumlah 35 orang.

Tidak ada komentar: